Mati Hati Kita Bila Tidak Menangis

Sumber: Unsplash.com


Saya rasa, mati hati kita bila tidak menangis atas kejadian, ujian yang sedang dialami oleh anak manusia pada saat ini. Dimana masalah ini tidak hanya dialami oleh satu negara, tapi hampir seluruh negara di muka bumi ini ikut merasakannya.

Tahun yang begitu berat, semua dirundung rasa ke khawatiran, ketidaktenangan dan rasa takut. Sekolah-sekolah diliburkan, universitas di kuliah online-kan, pariwisata diliburkan, bahkan hal yang paling ditakuti; ibadah umroh, shalat jum'at dan kajian islam pun ditiadakan.

Nikmat satu per satu tercabut. Apakah pernah terpikirkan dalam benak, dosa macam apa yang kita perbuat?

وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ

“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” (QS. Asy-Syuuraa: 30).

Ini menandakan, manusia begitu lemah, manusia itu tidak berdaya, manusia itu kerdil di hadapan Allah Ta'ala. Allah maha berkuasa atas segala sesuatu.

Bagaimana tidak lemah, tidak berdaya dan tidak kerdil, kita diuji dengan salah satu makhluk Allah, yang ukurannya begitu kecil, lebih kecil dari seekor semut, bahkan ia tidak dapat disentuh dan terlihat. Tapi ketika jika seseorang terkena akan paparannya, tubuhnya akan sakit, ia mengalami batuk-batuk, dan bila tidak ada penanganan lebih lanjut, dia akan mengalami sesak nafas bahkan bisa menyebabkan kematian.

Makhluk Allah satu ini menjadi buah bibir di segala tempat, menjadi bahan pembicaraan disetiap pertemuan, menjadi sebuah headline news dalam sebuah berita. Ya, dia adalah makhluk Allah bernama Covid-19. Corona virus.

Lalu lalang jalan mulai sepi, curhatan pedagang banyak mengatakan omset mereka menurun hari-hari belakangan ini, toko-toko menuliskan "Agar tidak tertularnya penyakit covid 19, silahkan membuka pintu menggunakan siku dan sebagiannya mengatakan harus mencuci tangan."

Saya menyadari, nikmat kenyamanan dan keamanan itu besar sekali.

Awalnya saya tidak peduli dengan hal ini, tapi ketika sudah masuk ke Indonesia, jumlah yang postif kian bertambah dari waktu ke waktu, membuat saya menelusuri, mengikuti, membaca berita tentang makhluk satu ini.

Orang-orang berbondong-bondong membeli masker, sampai masker menjadi suatu barang yang langka pada saat ini, lalu hand sanitizer juga sulit untuk ditemukan. Apa sih yang paling kita takutkan ketika terjadi wabah ini?

Bila suatu virus bisa dicegah tertularnya dengan sebuah serum, vaksin atau obat. Tapi untuk masalah satu ini, para ilmuan, pakar, para expert disuatu bidang tidak bisa menemukan solusinya. Yaitu kematian.

Mungkin orang bisa sembuh dari sebuah virus mematikan, selamat dari sebuah kecelakaan. Tapi apakah dengan hal tersebut kita tidak akan mati, tidak. Kita hanya berpindah dari sebab kematian yang satu, ke sebab kematian yang lainnya.

Kematian menjadi sebuah momok paling ditakutkan oleh anak manusia.

Saya membaca sebuah tulisan bagus, "presentase anda mati karena terkena virus 1%, tapi anda bisa mati kapan saja itu presentase-nya 100%." Allahuakbar.

Tapi kita tetap berikhtiar dengan rajin mencuci tangan, mejaga pola hidup bersih, mentaati pemerintah dengan melakukan social distancing, karena selain menjaga diri sendiri juga menjaga orang lain.

Jujur, pagi ini hati saya, perasaan saya tidak enak sekali. Semua orang terlihat berbeda, lingkungan menjadi berubah, orang-orang menjadi berjarak. Tapi mau bagaimanapun semua yang terjadi di langit dan di bumi sudah ditakdirkan oleh Allah, bahkan jauh sebelum penciptaan langit dan bumi itu sendiri.

Malu bila kita dengan diberikan kejadian ini, masih bisa tertawa di hadapan Allah, kita meremehkan larangan-larangan Allah, naasnya kita bergembira atas kemaksiatan yang kita buat. Naudzubillah min dzalik.

Ya hari-hari ini, hari yang tepat untuk merenungi dosa-dosa kita, hari yang tepat untuk memperbanyak doa kita dihadapan Allah. Berdoa agar pemerintah diberikan kekuatan dalam memberikan keputusan-keputusan yang baik, serta tenaga medis yang berjuang sekuat tenaga untuk melayani pasien diberikan kesabaran serta perlindungan, sebab mereka adalah orang-orang yang paling beresiko pertama untuk tertular.

Dan doa untuk kaum muslimin pada umumnya, semoga bumi ini bisa kembali seperti biasa, Allah segara mengangkat penyakit ini dan kita bersabar akan takdir Allah. Aamiin.

Taufan Maulana Putera
21 Maret 2020
Ditulis di Yogyakarta tercinta

Komentar

Postingan Populer