Bertemu Kondangan

Sumber: Unsplash.com

Alhamdulillah, salah satu yang disyukuri saat kuliah online alias di rumah saja, selain bisa bersama keluarga adalah bisa bertemu dengan teman lama. Terhitung semenjak new normal, saya sudah menerima undangan pernikahan sebanyak tiga kali. Dan saya senang-senang saja akan hal tersebut. Kebetulan saya juga berada di Karawang, rasanya senang bisa hadir di momen paling membahagiakan teman, dimana mereka menjadi raja dan ratu semalam.

Usia saya dua puluh satu, tahun ini. Dari tiga undangan di atas semuanya adalah wanita. Karena bagi laki-laki, ketika menikah harus mempersiapkan banyak hal kali ya huehehe. Makanya dari 10 orang laki-laki di kelas, baru hanya ada satu yang menikah.

Ada cerita. Kemarin saya berangkat kondangan, berdua dengan teman saya laki-laki. Kami berangkat jam 8 sehabis Isya. Teman saya menjemput ke rumah, saya boncengan bersamanya. Mengenakan batik, masker dan sendal. Haha.

Kondisi kondangan mulai sepi, saya dan teman sempat khawatir, "Cup ini gimana nih, jangan-jangan udahan?" Kata saya. Sambil berjalan memasuki gang rumahnya.

"Iya kali ya le, bisa jadi." Teman saya menimpali.

Ketika sampai di tempat pelaminan, memang ternyata sepi, hanya ada beberapa tamu, dan sisanya didominasi orang lingkungannya alias panitia hajatan kali ya. Dari kejauhan saya memandang ke arah tempat pelaminan, "Wah itu dia, maa syaa Allah, mengenakan pakaian kuning-kuning." dalam hati.

Lalu, ketika mata masih memandang ke arah mereka. Terdengar ada suara memanggil, "Topan.. Ucuppp.."

Tara.. itu adalah teman kelas saya dulu. Sangat senang dong, muncul obrolan-obrolan kecil. Dia berdiri dari duduknya, menyambut. Lalu tampak di sebelahnya ada pria, ya sudah jelas kalau teman saya ini datang bersama kekasihnya. Kekasihnya tidak menggubris obrolan kami, dia duduk menunduk melihat layar hp. Terus saya bilang, "Wah ini kekasihnya ya? kenalin dong"

Lalu, teman saya menyenggol pacarnya dengan siku, kemudian laki-lakinya berdiri menyalami kami. Wah, seru sekali.

Kemudian saya dan Ucup lanjut mendekati pelaminan, ketika berjalan, eh ternyata Ucup bilang, "Le, itu temen kelas kita juga."

"Eh iya, ya. Sama juga lagi dia datang bersama kekasihnya." Jawab saya sembari membenahi kerah baju.

Lalu, kami melakukan dialog-dialog kecil. Mendapatkan pertanyaan juga, "Kapan lo mau nyusul pan?" Kata dia. Nah kalau pasangan ini saya mengenal kedua-duanya. Yang wanita adalah teman kelas saya, dan yang pria teman satu perumahan.

Yaudah akhirnya sampai saya naik ke atas pelaminan, dan mengucapkan selamat berbahagia atas pernikahan mereka. "Ayo makan-makan dulu sebelum pulang" kata teman saya yang menikah.

"Iya siap, sengaja emang ini dari siang belum makan nyiapin buat kesini." Kemudian tertawalah masing-masing kami.

"Semoga langgeng ya di dunia dan akhirat, mempunyai keturunan yang shalih dan shalihah." Kata saya, sembari mengisyaratkan turun dari atas pelaminan.

"Aamiin.." Teman saya menyahuti bersama suaminya.

Saya dan Ucup berjalan ke arah meja prasamanan. Lalu menyendok makan. Saya mengambil lauk ayam kecap dan sayur sop. Mencari tempat duduk, dan kami duduk bersebelahan.

Jadi ada dua teman wanita saya yang datang bersama kekasihnya. Mereka percis di depan kami, hanya selisih beberapa kursi saja. Sesekali saya dan Ucup memandangi, lalu saya berkata begini, "Cup, ternyata ketika datang kondangan bersama kekasih bila ketemu teman lama, jadi kita ga bisa ngobrol banyak dengan mereka ya. Mereka disibuki dengan kekasihnya." Kata saya.

"Iya ya le, untung kita jomblo ya." Jawab teman saya, sembari memperbaiki posisi duduknya.

"Iya juga sih, aku aja malah udah bahagia datang bisa bersama teman, ketawa-ketawa begini." Sembari menguyah nasi.

"Iya jelas, bahagia banget!" Kata-kata yang meyakinkan dari teman saya.

Dan ini yang saya sadari, tidak mungkin semuanya masih sama seperti zaman SMA. Tidak sama sekali. Mengharapkan semuanya masih sama merupakan suatu ketidakmungkinan. Semua akan berubah, termasuk apa yang saya lihat pada malam ini.

Ketika saya dan Ucup menikmati makan berdua, mereka berempat; dua teman wanita saya dan kekasihnya naik ke pelaminan, berfoto-foto bersama. Uniknya, ternyata dua teman wanita saya datang mengenakan baju seragam alias sama. Baru sadar haha.

Lalu, ketika masing-masing kami sedang mengunyah makanan dan teman kami naik ke atas pelaminan bersama kekasihnya, total di atas pelaminan ada 6 orang. Tiba-tiba di kepala muncul ingin berkata-kata:

"Cup apa ya, ini.. kalau di liat suatu saat bakalan ketawa aja gitu, tapi bukan untuk mereka, misalkan orang lain di luar sana." Sembari saya beberapa kali memikirkan kata apa yang pas untuk mengucapkannya

"Apa-apa itu le?" Balas Ucup, sembari penasaran, menatap wajah saya.

"Ada kali ya yang pacaran, terus pacarnya diajak ke kondangan, berdua sama pasangannya, eh nanti ketika pas  nikah, ternyata nikahnya sama orang lain, bukan sama orang yang diajak foto di kondangan, gitu. Haha. Gatau tiba-tiba kok pengen buat ngomong ini." Kata saya sambil menjawabnya dengan penuh hati-hati wkwk.

"Hahaha iya juga bener ya le, nikahnya sama orang lain." Jawab teman saya sembari menutupi mulutnya yang sama-sama sedang mengunyah.

"Tapi-tapi itu bukan buat mereka, semoga aja temen kita bisa sampai menikah dengan pasangan yang dibawa sekarang, bahagia selalu, " Sembari nada menegaskan.

Tapi maksudnya apa ya, kadang tiba-tiba di kepala saya suka muncul kalimat yang tak terduga seperti itu. Mungkin emang karena kasus di lapangan tidak sedikit, orang yang datang kondangan dengan berbeda-beda pasangan, terus menikah dengan berbeda orang juga. Pasti kan ini orang kalau melihat galeri foto kondangan dia sebelum-sebelumnya pasti mau ketawa. "Lah gua tiap kondangan dengan berbeda orang terus." Gitu aja saya membayangkannya. Hahaha.

Yaudah pada akhirnya kita sama-sama menertawakan percakapan tadi. Tidak lama juga saya berada di tempat, cuma setengah jam kurang lebih. Kondisi di tempat juga sudah sepi, sebagian sedang beres-beres. Pengantennya pun sudah terlihat kelelahan juga.

Alhamdulillah seru, menarik dan menyenangkan hari kemarin, meski hanya berdua saja datangnya. Tapi mungkin karena bahagianya bisa ketemu teman lama, ya.

Cuma itu doang sih, intinya ternyata segala sesuatu masih ada yang bisa untuk ditertawakan.  Hahaha.

Terima kasih. Sekali lagi untuk teman saya yang menikah; selamat berumah tangga, semoga langgeng sampai maut memisahkan kalian. Aamiin.

Taufan Maulana Putera
10 Agustus 2020
Ditulis di Karawang


Komentar

Postingan Populer