Belum Tentu Berbahagia Dengan Orang Yang Sama

Via unsplash.com

Alhamdulillah. Pagi ini saya libur, senang jadi bisa punya waktu yang panjang buat menulis. Karena masih banyak tulisan di draf yang belum terselesaikan.

Pagi ini, saya menyadari suatu hal. Ternyata saat kita melewati suatu hari, berbahagia dengan seseorang. Belum tentu besoknya bahagia dengan orang yang sama.

Kebahagiaan tersebut sudah pasti ada andil dari Allah Ta'ala, dan kita yang menciptakan kebahagiaan itu sendiri.

Tidak terasa sudah berada dipenghujung tahun 2019. Saya menjadi teringat, tahun kemarin dipenghujung tahun 2018. Tahun pertama kuliah, saya kedatangan tamu sepesial dari Karawang; ibu, bude, tante dan om saya.

Mereka datang, menginap di Jogja tempat saya tinggal.

Saya merasakan kehangatan dan kebahagiaan bisa bertemu dengan mereka. Saya berusaha untuk terus berinteraksi, memanfaatkan momen yang baik ini.

Saya sadar, semakin jauh dengan orang terdekat, dengan orang terkasih. Ketika bersama, waktu itu begitu berharga.

Tapi sialnya, waktu begitu pencemburu saat kami sedang bersama. Dia bergulir begitu cepat. Dia enggan melihat kami merayakan bahagia lama-lama.

. . .

Tepat kemarin, tanggal 30 Desember. Saya merayakan penghujung tahun ini dengan orang yang berbeda. Bersama teman-teman kuliah saya.

Sengaja memilih hari tersebut, karena paling tepat. Dan kebetulan kami juga sedang UAS hari pertama.

Cukup menjadi hiburan tersendiri bagi kami memilih hari tersebut. Setelah melihat soal ujian yang ternyata.. Tidak sesuai ekpektasi ketika belajar semalam. Haha.

Kita melakukan perjalanan yang cukup jauh. Begitu melelahkan, tapi terbayarkan ketika sudah sampai tujuan; pantai depok.

Pantai Depok
Kita disambut dengan debur ombak, gulungan air yang menawan dan terpenting bagi saya; pemandangan senyum bahagia dari teman-teman.

"Ih aku bahagia banget."

"Seru ya kita kaya begini."

"Makasih ya udah ajak kita"

Melihat mereka ternyata-- kebahagiaan itu ternyata dapat menular ya.

Saya justru mengiranya, mereka bakal uring-uringan, marah dan menyesal.

Soalnya saya yang mempunyai ide, rencana perjalanan tersebut, Haha.

Saya takut membuat orang kecewa. Saya begitu perasa orangnya. Tapi terkadang hal itu tidak baik juga disituasi yang lain.

Sebelum berangkat saya sudah meminta maaf, karena takut bila tidak sesuai dengan ekspektasi. Dan jauh sebelum itu, saya bilang: bahwa destinasi itu nomor dua, yang paling penting kita perginya bersama.

Justru saya rasa hal-hal yang menyenangkan itu banyak terjadinya ketika di jalan. Hujan-hujanan, nyasar, ketinggalan rombongan, muka kecipratan motor yang di depan, dan melihat tingkah laku orang-orang di jalan.

Alhamdulillah Allah memberikan kenyamanan. Semakin bertambahnya semester. Semakin seru dan semakin dekat. Ya hanya beberapa orang saja. Tidak dengan semua teman angkatan.

Fase perubahan pasti dialami oleh setiap manusia. Semakin dewasa kita, pasti akan menyadari; lebih nyaman berteman dengan mereka yang satu frekuensi. Karena tidak bisa kita memaksakan untuk dekat dengan semuanya, dan kita tidak mempunyai energi lebih untuk itu,

Makanya salah satu yang membuat orang dapat bertahan di suatu tempat, adalah lingkungan dan teman-teman yang baik.

Mau tugas kuliah seberat apapun, banyaknya laporan praktikum, berasa ringan karena ada teman sepenanggungan. Tapi hal tersebut cuma berlaku di dunia, di akhirat nanti orang akan lebih sibuk dengan diri mereka sendiri, memikirkan bagaimana caranya agar bisa selamat.

. . . 

Hari ini kita bahagia, belum tentu besok berbahagia dengan orang yang sama. Maka saya menikmati betul momen kebahagiaan tersebut, apalagi bersama dengan orang-orang yang terkasih.

Karena kita tidak tahu, besok berbahagia dengan siapa. Apakah dengan orang yang sama, atau berbeda.

Atau bisa jadi malah kita yang meninggalkan atau ditinggalkan oleh mereka. Sehingga kebahagiaan yang pernah diciptakan bersama, sudah tidak lagi ada.

Sebagai penutup. Saya pernah mendapatkan kata-kata ini dari story Whatsapp teman saya, bagus dan ternyata memang betul adanya.

"Bahwa terkadang hidup itu hanya seperti sebuah perjalanan di atas kereta. Kita bertemu dengan orang yang tidak dikenal, berbicang dan sampai sesekali tertawa bersamanya. Lalu kita turun, di stasiun masing-masing dan berpisah. Tapi cerita tidak pernah selesai disana. Karena akan selalu ada kereta lain yang menghantar kita menuju perjalanan selanjutnya. Kita tidak pernah benar-benar berpisah. Kita hanya sedang memilih kereta yang berbeda, yang mempertemukan kita dengan orang yang berbeda."



Taufan Maulana Putera
31 Desember 2019
Ditulis di Yogyakarta tercinta

Komentar

Postingan Populer