Social Project LabMa


Ketika hendak menuliskan ini, saya sebagai penulis memohon semoga Allah menjaga hati agar dijauhkan dari ria dan hati yang tidak ikhlas. Yang menjadi catatan, pemberian ini semua bukan berasal dari kantong pribadi kami bertiga, ini hanya sebuah amanah yang diberikan oleh panitia kepada kami dan kami berupaya untuk memberdayakan semaksimal mungkin. Semoga Allah membalas kebaikan kepada setiap pihak yang telah turut andil dalam kegiatan ini. 

Bagi orang yang suka bertemu manusia, seperti halnya saya. Ketika dipaksa untuk kuliah di rumah aja, kemudian aktivitas di luar rumah jadi berkurang. Hal itu sangat menjenuhkan. Belum lagi rapat-rapat kepanitiaan yang dilakukan online, hanya mendengar suaranya saja tanpa bertatap muka. Karena terpaksa, ya lama kelamaan mau tidak mau jadi harus terbiasa oleh keadaan. 

Tanggal 22 November, berarti kurang lebih dua pekan kemarin. Hari yang sangat bahagia dan sampai sekarang masih terasa. Sepanjang kalender 2020, satu-satunya program kerja dari LabMa yang bisa saya lakukan secara offline. Yaitu, Nasional Projek Laboratorium Mahasiswa UII. Dilakukan diberbagai kota di Indonesia; Lombok, Nganjuk, Batang, Bekasi dan Karawang. Serta beberapa kota lainnya. Dipilih kota-kota tersebut berdasarkan domisili teman-teman mahasiswa yang tinggal di sana.

Perwakilan dari Karawang ada tiga orang, dua pria (termasuk saya) dan satu ada wanita. Pada saat itu berjanjian untuk bertemu di masjid Al Jihad. Saya dari rumah sudah sangat antusias, karena akan bertemu banyak manusia, berinteraksi dan haha-hihi pastinya. 

Pandemi ini mengajarkan, bahwa teknologi secanggih apapun, tidak bisa mengalahkan namanya berinteraksi langsung. Meskipun dengan adanya fitur "video call, zoom, meet dan lainnya" tidak bisa menggantikan rasanya bertatap wajah langsung. Karena-- ada sesuatu perasaan, yang tidak bisa didapatkan ketika via online. Ya, mungkin adanya teknologi itu memang untuk memudahkan, tapi tidak bisa menggantikan.

Foto dimana sedang mempersiapkan bingkisan. Terdapat 19 bingkisan. Belum lagi, suka banget dengan desain tote bag-nya, sayangnya panitia tidak bisa membawa pulang satu haha. 



Berikut, beberapa keceriaan yang terekam pada kamera:



Rasa kemanusiaan yang tinggi, memang betapa pentingnya manusia untuk memiliki rasa empati. Melihat kebahagiaan mereka, melahirkan sebuah senyum paling manis pada diri-diri kami. Saya percaya kebahagiaan itu bisa menular. Itu sangat dirasakan sampai saya ketika pulang. Siapapun di luar sana, pejuang kemanusiaan, orang-orang baik yang tidak pernah terlihat di sosial media, dan ketahuilah Allah dzat yang maha melihat, semoga Allah mengganjarkan pahala untuk kalian semua. Aamiin. 

Dan sepertinya menjadi sebuah cita-cita yang mulia pada setiap diri seseorang; menjadi manusia yang bermanfaat untuk manusia lainnya. 

Terima kasih.

Taufan Maulana Putera
1 Desember 2020
Ditulis di Karawang

Komentar

Postingan Populer