Kelak, Jika Kita Berjumpa

Sumber: Unsplash.com

Sore ini, aku ingin menuliskan kembali tentangmu. Dengan begitu, adalah cara agar aku bisa merawat ingatanku, tentangmu. Ditemani oleh satu botol Ichitan Thai Milk Tea yang belum lama aku beli dari Alfamart. Ini menjadi favorit minumanku. Jika dulu, ketika kita berdua bertemu, aku sering membelikan Nutriboost, atau es cream float yang dijual di depan sekolah. Kini berganti, aku lebih banyak membeli dan menikmati untuk seorang diri. Aku, sangat merindukanmu.

Kelak, jika kita berjumpa, aku berharap kita bisa bicara berdua lebih lama, lebih lepas, membicarakan mengenai apa saja; aku yang sering memimpikanmu, merindukanmu, selama dan sepanjang waktu dimana dalam kurun waktu aku tidak berjumpa denganmu. Aku ingin menceritakan semuanya. Kuharap kau pun sama. Aku akan siap melebarkan telingaku untuk mendengarkan ceritamu, keluh kesahmu, apapun pokokonya. Karena segalanya mengenai kau, aku adalah orang yang paling suka, tertarik dan antusias. 

Kelak, jika kita berjumpa, kau akan sedikit kaget bahwa aku sudah mengalami perubahan. Area wajahku yang kini ditumbuhi kumis dan janggut, tubuh yang semakin mengurus dan kantung mata yang menghitam. Ada banyak hal yang terjadi disaat kita tidak bertemu. Tapi yang harus kau tahu, hati yang tetap mendamba satu nama wanita yang sama, dicintainya ketika masa sekolah. Itu yang harus kau garis bawahi. Ya, mungkin fisikku yang berubah, namun perasaanku tidak.

Kau juga harus bercerita, karena banyak hal yang ingin kutanyakan padamu; alasan mengapa kau mengenakan behel, mengapa kau sudah tidak mengenakan jam hijau tosca, mengapa kau jadi pandai berdandan dan mengapa kau masih secantik biasanya. 

Tenang saja, dari sekian banyak pertanyaan-pertanyaan yang aku ajukan, aku tidak akan menanyakan, alasan mengapa kau memutuskan menjalin hubungan dengan pria lain. Karena aku tidak ingin merusak suasana pertemuan kita. Aku ingin pertemuan kita tidak ada kecanggungan, tidak ada rasa cemas, atau kekhawatiran.

Ketika kau berbicara, mataku akan selalu antusias pada setiap detail yang kau bicarakan. Jantung yang lupa bekerja secara normal, akibat melihat kau melempar sebuah senyuman. Senyuman yang membuatku sedewasa sekarang. 

Kelak, jika kita berjumpa, aku akan membawamu di tempat yang aman, jauh dari kerumunan. Aku tidak ingin kecantikanmu menjadi pusat perhatian. Cukup, pada hari itu biar aku saja yang menikmati keindahanmu. Aku akan menyiapkan topik obrolan dan joke-joke lucu agar kau tidak merasa bosan berbicara denganku. 

Kelak, jika kita berjumpa, kita harus memesan hidangan makanan, pada hari itu biar aku yang mentraktir. Kau silahkan pilih saja makanan kesukaanmu. 

Oh iya, aku ingat kau sangat menyukai Oreo. Jika nanti kita melewati mini market aku akan membelikannya, sebagai oleh-oleh untukmu pulang dan membawanya ke rumah. Agar, ketika kau memakannya-- mengingat bahwa bagian luar Oreo yang hitamnya pait adalah serupa aku atas kenyataan kau yang telah pergi meninggalkan, dan bagian dalam putihnya adalah serupa manisnya hubungan kalian.

Mungkin pada saat pertemuan kita, kau pada saat itu masih berstatus kekasihnya, dan mungkin saja kau akan segera mengumumkan terkait rencana pernikahan kalian. 

Kau bercerita, membanggakan dia yang kau panggil sayang, sosok pria romantis, penyabar dan begitu sempurna untukmu. Aku hanya sanggup mendengarkan pada saat itu. Aku tidak akan membicarakan tentang sesuatu yang pernah terlukiskan diantara kita berdua. Cukup hanya aku yang ingat, bahwa hari-hari itu pernah ada. Dan biar tetap bersemi di dalam hati.

Mendengar kau bercerita mengenai kekasihmu, bagiku tidak masalah. Karena bertemu denganmu setelah sekian lamanya adalah suatu anugerah kehormatan yang masih dapat aku syukuri. Masih bisa melihatmu dari dekat; mata, hidung, tahi lalat dan bekas luka di bawah bibirmu sudah membuatku tenang. Meski, aku tidak dapat memiliki seutuhnya.

Meski, mendengarnya terasa sesak di dada, aku yang mengalami penderitaan sejak kau menjalin hubungan, itu lebih baik. Karena bersamamu pada hari itu, menjadikan hari penuh bahagia, tawa dan keceriaan yang tak pernah aku rasakan semenjak perpisahan sekolah. 

Karena perasaan cintaku kepadamu lebih besar, mengalahkan rasa sakit yang aku rasakan. Hehe, bayangkan! Ternyata masih sebegitu besarnya aku menaruh rasa padamu.

Lalu aku menyadari, bahwa kau kini telah hidup bahagia dengannya. Dan aku tidak ingin merusak apa yang sudah kalian bina. Semakin aku mencintaimu, semakin aku harus rela melepasmu.

Panjang umur untuk hubungan kalian. Berbahagialah selalu, sebab aku mencintaimu.

Terima kasih.

Taufan Maulana Putera
25 Januari 2021
Ditulis di Karawang

Komentar

  1. Maa sya Allah... Seperti terwakilkan:) dan sangat sesak di dada ketika membacanya:(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, karena jadi merasa tidak sendiri. Semoga setiap luka akan mendewasakan, ya. Aamiin.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer