Masih Saja Kau
Dari sekelumit kalimat-kalimat yang tidak bisa aku sederhanakan. Akhirnya aku menemukan kalimat sederhana, sebuah kalimat yang menunjukkan perasaanku terhadapmu; aku tidak berhenti mencintaimu, tapi aku hanya berhenti untuk menunjukannya.
Pada akhirnya, sampai kau menemukan seorang pria, aku masih saja menyimpan rasa. Padahal jelas-jelas aku sudah terluka. Aku sempat mengalami jatuh cinta dengan satu wanita selain kau, lagi-lagi pada akhirnya engkaulah yang menjadi pemenang atas segala rasa.
Di hadapan teman-teman; kau masih menjadi topik paling sering aku bicarkan. Jika ada yang membahasmu, aku menjadi orang yang paling antusias dalam mendengarkan. Padahal-- semua itu sudah empat tahun perpisahan.
Debar yang masih sama; ketika makan mie ayam berdua, menjemputmu untuk mengambil rapot sekolah dan merayakan kejutan ulang tahunmu. Segala apapun mengenai kau perasaan ini masih sama.
Kita berpisah tanpa saling mengucap satu patah kata. Tidak ada ucapan selamat tinggal diantara kita berdua. Kita berpisah karena ada suatu hal, yang jelas bukan karena saling membenci, amarah dan percekcokan. Kita berpisah dengan penuh tanda tanya.
Aku begitu marah ketika mengetahui kau menjalin hubungan dengan seorang pria lain. Tapi aku tersadar, tidak mempunyai hak untuk melarangmu. Sialnya, kau tidak pernah menjadi miliku tetapi aku begitu sangat takut kehilanganmu.
Sialnya, sudah tahu kau berpindah ke lain hati, tapi aku masih di tempat yang sama menunggu kau kembali.
Kini, kau tumbuh menjadi perempuan dewasa; mengenakan behel, pandai ber-make up, dan banyak yang berbeda pada dirimu. Tapi, masih ada yang terlihat sama; bekas luka di bagian kiri bawah bibirmu itu, yang pada saat ketika kau tersenyum, sebuah perpaduan paling manis dan aku semakin yakin betapa luar biasanya Allah dalam hal penciptaan.
Masih saja kau, meski aku mengelak beberapa kali, nyatanya perasaanku terhadapmu tetaplah sama. Sungguh kau tidak mengetahui, jika dimata ini kau masih begitu luar biasa.
Masih saja kau, alasan mengapa aku bertahan mesikpun tau mencintamu sedemikian melelahkan.
Masih saja kau, senyum yang memberikan kekuatan, alasan mengapa aku dapat tabah menjalani kehidupan.
Masih saja kau, alasan aku jatuh cinta dan siap patah hati kapan saja.
Masih saja kau, wanita yang selalu aku bayangkan dapat tinggal satu atap rumah, menikah, tumbuh uban, gigi yang tanggal dan rambut yang saling luruh berguguran.
Masih saja kau, pemilik senyum yang begitu erat, sehingga melupakanmu adalah suatu hal yang begitu berat.
Masih saja kau, tempat segala rindu bermuaran.
Kata yang masih terus berulang, 'masih saja kau' yang menghiasi mimpi-mimpi, dan alasan mengapa aku enggan bertemu pagi.
Nyatanya, kita hanyalan dua insan, yang saling membuat kenangan, tertawa bersama, tanpa adanya ikatan apa-apa.
Dan beruntungnya kau, meski sudah kau lukai, tetapi aku tetap mencintai.
Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar