28 Februari: Untuk Perempuan Yang Genap Usianya 21 Tahun

Sumber: Unsplash.com

Hai mba, ketika menulis ini aku membayangkan hanya kau yang membacanya, jadi akan kugunakan panggilanku kepadamu. 

Mungkin ini terlihat mengagetkan karena beberapa tulisan-tulisan di blogku belakangan ini sering bercerita mengenaimu. Namun, memang nama panjangmu yang sering muncul di kepala, dan menjadi alasan mengapa aku bisa tetap menulis. 

Yang perlu kau ketahui, ketika aku menulis tidak terlalu berharap kau akan membacanya. Aku akan tetap menulis meski segala kalimat-kalimat yang telah terbuat akan begitu saja terlewat. Karena pada saat aku menulis mengenaimu, itu adalah kemauanku, tanpa paksaan dari siapapun dan tanpa berharap kau akan menyukainya. 

Karena salah satu penyebab kebahagiaanku sampai detik ini; masih bisa menulis tentangmu. Jadi tolong jangan memerintahkanku sesuatu yang aku tidak sanggup, aku tidak mampu menemukan caranya; berhenti mengingatmu. Jadi, biarkan saja ya. 

Sebenarnya bukan perpisahan yang menyakitkan, tetapi ingatan-ingatan setelahnya berupa kenangan yang kerap datang, betapa mati-matian melawan kenangan tersebut dan harus dipaksa menyerah oleh keadaan. 

Tidak ada yang paling membuat tersiksa dan merasa menjadi orang paling dungu di dunia, ketika rindu melanda, namun tidak mampu berbuat apa-apa. 

Mba, aku pernah diberhentikan polisi ketika berada di jalan, aku pernah disidang di ruang guru, aku pernah ditunjuk tiba-tiba presentasi di depan kelas, semua debar perasaan yang kurasakan sepertinya tidak setara dibandingkan debar perasaanku saat membayangkan kau tersenyum. 

Terkadang, aku suka berpikir, bagaimana bisa aku sebegitu dalamnya mencintaimu?! Aku curiga kau menggunakan mantra, sedemikiannya mencintaimu setiap hari. Membayangkan hidupku sepertinya akan terlihat lebih indah jika bersamamu.

Mba, hari ini adalah hari bahagiamu. Bahkan aku menuliskan ini saking terlalu bahagianya, sehingga sampai lupa rasa sakit yang aku derita; kenyataan bahwa kau sudah menjalin hubungan dengan pria lain. Aku terlalu bahagia mengingat detail dari wajahmu, perempuan yang paling aku damba di dunia, dimana kau telah bertumbuh menjadi perempuan dewasa. Aku begitu bersyukur karena ingatan-ingatan yang tercipta dulu masih tetap berada pada tempatnya.

Aku ingat, punggung indahmu yang aku menjadi pemerhati paling setia, menjadi penggemar nomor satumu selama periode sekolah. Sepertinya tidak ada yang sanggup dapat menyaingiku dalam hal mencintaimu.

Untuk perempuan yang genap usianya 21 tahun--

Mba, seperti yang mungkin kau ketahui, maaf aku sudah tidak lagi merayakan ulang tahun dan tidak mengucapkan selamat ulang tahun, kepada siapapun. Meski kau begitu istimewa di mata ini. Tapi ada alasan mengapa aku sudah tidak merayakan hari kelahiran. Jika kau membaca habis tulisan ini, kau tak akan menemukan ucapan selamat apa-apa.

Mba, kau yang tetap cantik meski tanpa riasan. Apakah kau ingat? ada lelaki yang tidak tahu diri, memenuhi kelasmu dengan penuh coretan-coretan di papan tulis kelas. 

Papan Tulis Kelasnya

Aku ingat, pada masa itu tidak ada yang aku takuti, kecuali; kalimat penolakan darimu, takut jika kau menjauh dan takut jika kau membenciku. Jadi bila hanya datang, memenuhi kelasmu dengan tulisan di atas adalah perkara mudah. Terkadang mencintai menjadikan seseorang nekat dan bertindak di luar nalar, begitulah aku. Ehehe. 

Mba, kau dengan segala kesederhanaan yang kau miliki. Perempuan yang senyumnya menjadikan hari paling buruk sekalipun menjadi indah. Masih sebegitu luar biasanya kau di mata ini. Aku ingat, ketika menuliskan itu di kelasmu pada saat kau berusia 16 tahun. Kini kau sudah berusia 21 tahun. Tidak terasa sudah lima tahun telah berlalu, tapi tentangmu di perasaan masih saja selalu. 

Mba, kau harus menjaga pola makan, tidur yang cukup dan jangan terlalu banyak makan manis. Karena aku ingin melihat kau berumur panjang dan tetap melangkah di dunia. Melihatmu menjadi tua; pipi yang mengendur dan kulit yang mengerut. Meski mungkin pada saat itu, bukan aku yang mendampingimu menjadi suami. Namun setidaknya aku masih bisa melihatmu sebagai teman. Melihatmu sebagai perempuan yang dulu pernah begitu aku idam-idamkan.

Mba, kau kini sudah menemukan bahagiamu. Jika aku berkata, aku pun sudah menemukan bahagiaku. Sepertinya aku sedang berdusta. Mungkin pada saat ini bahagiaku bukan karena dapat memilikimu, tapi cukup melihat hubunganmu dengannya baik-baik saja. Pokoknya aman selama kamu tidak terluka. Itu saja. Baik dapat memilikimu ataupun tidak, isi doaku tetaplah sama; semoga kau senantiasa bahagia dan baik-baik saja.

Mba, aku tidak tahu, hari ini mungkin saja kau sedang merayakan ulang tahun bersama pria kesayanganmu. Ia memberikan kejutan yang membuatmu terharu, bahkan lebih baik dari aku yang dulu pernah memberikan kejutan untukmu. Ia lebih mewah, elegan dan tidak senorak seperti caraku dahulu. 

Mba, aku membayangkan diriku serupa lilin di hari ulang tahunmu; kau tiup, mati dan semua orang bertepuk tangan.

Mba, aku tahu ini salah. Aku mencintai seseorang yang sudah berkekasih. Tapi aku tidak punya kuasa atas perasaan ini, aku tetap diam di sini tanpa adanya pergerakan apa-apa, aku tidak ingin merusak apapun yang sudah kalian perjuangkan bersama. 

Betapa rendah dan brengseknya aku jika merebutmu, darinya. Toh mungkin memang aku saja yang terlalu percaya diri, terlalu yakin kau akan memilihku. Jadi biarkan aku bahagia mencintaimu dengar cara paling nestapa ini. Cukup biar aku saja yang mencinta, bukan kita yang saling. 

Mba, kau perempuan paling isitimewa, kau berhak mendapatkan kebahagiaanmu. Aku tidak ingin membuat perempuan yang aku cintai disusahkan akan perasaan-perasaanku. Karena aku tidak pernah menuntut agar kau juga mencintaiku, maka tolong biarkanlah aku untuk tetap menaruh rasa padamu. Jadi tidak perlu merasa bersalah atau perasaan tidak enak lainnya ya.

Ya barangkali, kita bertemu memang kemudian bukan untuk saling bersama, tapi untuk saling merelakan. 

Aku rela menunggu untuk waktu lebih lama, jika pada akhirnya aku yang dipilih Allah di akhir cerita. Namun, jika kebalikannya di penghujung cerita kau tidak berakhir bersamaku, aku rasa rencana Allah lebih baik.

Oh iya mba, terakhir. Asal kau tahu, kau masih saja menjadi kisah yang selalu kubanggakan. 

Terima kasih.

Ruang Ujiannya Ketika UAS Kelas 2 SMA

2016: Note Hp Kala Itu, Untuk Dituliskan di Kertas dan Membacakan di Hadapannya

Taufan Maulana Putera
28 Februari 2021
Ditulis di Karawang

Komentar

Postingan Populer