Sahabat Terbaik

Sumber: Unsplash.com

Satu hal yang masih saya syukuri sampai detik hari ini adalah, masih dapat bertemu, berkumpul, tertawa dan bercerita bersama dengan sahabat masa SMA. Itu merupakan anugerah, pemberian dari Allah yang begitu berharga. 

Dan pernyataan yang tepat; masa SMA menyenangkan, kecuali bila anda salah memilih teman. 

Masa SMA saya begitu membahagiakan, dipertemukan manusia-manusia yang membuat episode kehidupan saya begitu berwarna. Dengan segala karakter, watak dan sikap yang berbeda membuat setiap hari rasanya begitu ceria. Jika ada orang yang paling membanggakan kisah remajanya, dan suka memamerkannya, nah itulah saya orangnya. Hehe. Karena sebegitu beruntungnya saya memiliki mereka semua.

Sudah empat tahun berpisah, kini masing-masing mempunyai kesibukannya. Ada yang sudah menikah dan dianugerahi anak. Ada yang sudah bekerja. Ada yang sedang mengurusi skripsi kuliah dan ada yang sedang baru menginjak semester enam kuliah.

Setiap bertemu, selalu bercerita mengulang kenangan masa-masa SMA dulu yang pernah terbentang diantara kami semua. Tidak pernah bosan, jenuh ataupun berpaling ketika mendengarnya. Karena ya hanya itu yang dapat dilakukan. Sebab memang tidak beruntungnya adalah, ketika kami bertemu kini-- bercerita mengenai apa yang terjadi pada masing-masing individu, sudah tidak ada lagi ada nama kami masuk pada bagian cerita. Seperti; merayakan seminar proposal, jalan-jalan dengan teman kuliah dan liburan bersama rekan-rekan kerja. 

Ketika menjelang perpisahan sekolah, kami saling berjanji agar tetap bersama, menjaga persahabatan ini untuk terus tumbuh bersemi hingga kami semua mati. Menjaga pertemuan agar tetap terjalinnya perasaan. Kami sadar, ketika mengatakannya empat tahun yang lalu dan melihatnya hari ini kami begitu mati-matian untuk mewujudkan semuanya. Berapa banyak janji pertemuan yang batal, pertemuan yang hanya dihadiri beberapa orang saja, dan janji pertemuan yang berakhir dengan sebatas wacana. 

Oh saya menyadari.. Ternyata ini semua soal waktu yang tidak akan mungkin bisa dikehendaki bisa sama pada saat masa-masa SMA. Kami mempunyai prioritas yang lebih utama, kesibukan untuk mempersiapakan masa depan. Jadi sikap yang lebih tepat adalah menerima semuanya. Karena kami berpisah bukan karena keinginan pribadi, tapi karena waktu yang begitu cemburu. Waktu cepat bergulir tanpa mengucap kata permisi. 

Itu terasa ketika saya sudah berkuliah. Mendapatkan sahabat seperti masa sekolah itu begitu susah. Maka, dengan menyadari bahwa tidak ada yang semisal seperti teman-teman semasa sekolah, berarti apa yang sudah saya punya; yaitu mereka. Saya harus berusaha untuk menjaga persahabatan yang ada, hubungan yang sudah terjalin bersama.

Tidak ada manusia yang sempurna, termasuk dalam sebuah persahabatan. Jika seandainya kita ingin memiliki sahabat yang sempurna, niscaya kita tidak akan mendapatkannya satu pun. Yang ada hanyalah perasaan kecewa. 

Dengan bergulirnya waktu, terlihat mulai ada perbedaan pada masing-masing individu. Saya kecewa, ketika mengetahui teman saya ada yang mabok-mabokan, main perempuan, merokok dan hal yang dulu ketika bersama kami benci dengan perbuatan buruk demikian. Namun, pada rentang waktu tidak bersama, ada yang berbeda, sesuatu yang dibenci bersama pada saat itu, kini dilakukan. Ya mau bagaimana lagi, sebagai teman tidak bisa berbuat lebih banyak, hanya sekadar mengingatkan.

Pelajaran penting, berharap terhadap manusia hanya menimbulkan kekecewaan. Dan ada sesuatu yang di luar kontrol kita. Karena saya rasa, kita sudah cukup dewasa dan sadar dengan segala pilihan yang diambil. 

Terlepas dengan segala perubahan yang ada, tidak mengurangi perasaan yang pernah terjalin, kenangan yang tercipta. Karena yang saya benci adalah perbuatannya, bukan orangnya. 

Siapapun, di luar sana yang merindukan kebersamaan dengan sahabat atau teman-teman yang dulu dekat, semoga bisa dipertemukan kembali untuk menciptakan kenangan meski tidak se-intens dulu ketika masa sekolah atau di tempat kerja. Setidaknya masih bisa mengukir dan menambah kenangan yang ada. 

Lalu pada usia dua puluh satu tahun saya menyadari suatu hal luar biasa; yang paling hebat, dan sulit didapatkan, sahabat yang saling bergandeng tangan bersama menuju negeri akhirat. Sahabat yang terbaik adalah mereka yang membuat semakin dekat dengan sang pencipta, bukan malah membuat-Nya murka. 

Semoga saya dan anda dapat dipetemukan dengan sahabat-sahabat terbaik. Sahabat yang tidak hanya sekadar menciptakan kenangan di dunia, tapi juga sahabat yang bercita-cita tinggi; bersama sampai di surga. Semoga Allah memudahkan kita semuanya. Aamiin. 

Terima kasih. 

Taufan Maulana Putera
13 Februari 2021
Ditulis di Karawang

Komentar

Postingan Populer