Jangan Buat Sedih Mereka

   
Pemanis


Bismillah.  Alhamdulillah, tidak ada kata yang lebih pantas kita ucapkan selain bersyukur kepada Allah Ta’ala, yang berkat pertolongan-Nyalah saya dapat menyelasikan tulisan ini. Tidak lupa shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi yang mulia, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan semoga bersambung kepada keluarga beliau dan sahabat-sahabat beliau radhiyallahu 'anhum ajma'in

Tulisan ini diambil dari cerita yang di sampaikan al Ustadz Abdullah Zaen hafidzahullah, dimana dalam ceramah beliau, beliau menuturkan sebuah cerita yang begitu menyentuh. Jadi saya ingin sekali memuatnya dalam bentuk tulisan. Dan semoga tulisan ini semata-mata ditujukan untuk Allah Ta’ala, dan saya memohon ampun atas kekurangan yang ada di dalam tulisan ini.
   
Beliau mengawali dengan bismillah lalu bersyukur kepada Allah Ta’ala, dan tidak lupa mengucapkan shalawat kepada nabi yang mulia Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.

“Ada sebuah kisah nyata yang dibawakan oleh al ustadz Fariq Gasim hafidzahullahu ta’ala, kisah nyata yang menakjubkan dan penting untuk kita ambil pelajarannya. Kisah ini bercerita tentang sebuah keluarga yang di dalamnya ada seorang ibu yang sudah menjadi janda, berserta dua orang anak laki lakinya. Kisah ini terjadi di ibu kota Saudi yaitu kota Riyadh. Dikisahkan bahwa 2 orang anak laki2 ini kakak beradik sangat mengormati orang tuanya, sangat mengormati ibunya, sangat berbakti kepada ibunya. Mereka tingal di sebuah apartemen, menyewa. Kira-kira biaya sewa pertahunnya adalah 24 ribu real, kalo di rupiahkan sekitar 80 juta biaya ngontrak apartemen.

Kakak beradik ini kerjaannya supir taksi, mereka berdua berusaha keras untuk menabung sedikit demi sedikit untuk membayar biaya apartemen tersebut. Siang dan malam mereka bekerja sampai terkumpul uang sekitar 10 ribu real, kalau rupiahnya 38 juta. Padahal, yang dibutuhkan adalah 80 juta. Uang tersebut adalah uang yang sangat berharga untuk mereka, karena itu hasil jerih payah mereka. Akhirnya uang itu sama mereka diiket dengan karet, kemudian dibungkus plastik, supaya lebih aman lagi dilakban sama mereka. Inikan hasil jerih payah yang sangat berharaga.

Kemudian mereka simpan uang itu dibawah bantal. Mereka berdua berangkat kerja. Ketika mereka berdua sedang bekerja, ibunya masuk ke kamar. Rapih-rapih kamar anaknya, bersih-berish, menyapu. Nah ketika sedang merapihkan kasur anaknya itu, mau merapihkan bantal, dia buka bantalnya nemu bungkusan plastik. Begitu dia nemu bungkusan plastik langsung mukanya memerah, keningnya berkerut, marah.

Berkata: “baru kemarin dinasehati, supaya tidak main kartu, masih lagi main! “ tanpa pikir panjang, ibu itu mengambil bungkusan plastik itu dan segera dibakar. Tidak lama kemudian si bungsu datang, begitu datang belum ngomong apa-apa langsung dimarahi habis-habisan sama ibunya. Ibunya berkata, “Intinya kamu baru saja dinasehati supaya tidak main kartu kok masih juga main kartu?!”,

Si bungsu ini bingung karena perasaan dia dan kakaknya sudah tidak bermain kartu lagi, mereka bermain kartu kemarin sekedar melepas kejenuhan, walaupun tidak memakai uang tapi kan sering kali bermain seperti itu melalaikan, dari hal-hal yang lebih penting seperti, beribadah dan berbakti kepada orang tua. Maka karena anak ini merasa tidak main kartu maka dia pun berinisiatif bertanya kepada ibunya, “Ibu dimana menemukan kartu yang kata ibu dipakai buat main saya dan kakak saya?” kata ibunya, “dibawah bantal!” Si bungsu menjawab, “terus sekarang kartunya dimana?” Ibunya menjawab lagi, “sudah ibu bakar!” Maka.. anak itu diam, dia langsung berkata, “Ibu maafkan saya dan kakak, kami berdua khilaf.”
     
Si bungsu dia tidak marah. Anak itu tidak menyalahkan orang tuanya, tidak menuduh ibunya ini memfitnah dia, karena dia memang sudah tidak main kartu, dia tidak mengatakan bahwa yang ibu bakar adalah duit hasil kami berkerja, sama sekali tidak keluar. Si anak bungsu cuma mengatakan, “Ibu saya minta maaf telah mengecewakan ibu.” Maka emosi ibunya ketika anaknya meminta maaf langsung turun, lalu ibunya melanjutkan aktivitas yang lain.

Tidak lama kemudian kakaknya datang, si adik cerita tentang kejadian yang tadi. Kakaknya langsung bertanya, “Apakah kamu jelaskan kepada ibu kita bahwa yang di bakar sama ibu itu uang hasil kerja keras kita?” Si bungsu menjawab” tidak sama sekali, saya cuma meminta maaf dan Alhamdulillah ibu sudah tidak marah. Dan apa kata kakaknya? “Bagus, jangan pernah membuat ibu kita bersedih.”
     
Ibu itu… beliau sudah capek mengurus kita dari kita kecil. Kesalahan kita kepada ibu kita lebih banyak dibandingkan dengan kesalahan beliau kepada kita. Kesalahan yang sengaja kita lakukan kepada orang tua kita, lebih banyak dibandingkan kesalahan yang tidak disengaja dilakukan orang tua kita kepada kita. Allah berfirman di dalam Al-Quran dalam surah Al Isra ayat 23,
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu dan bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra: 23)

Berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu. berlatihlah untuk tidak membuat sedih kedua orang tua. Ayah kita dan ibu kita. Selama itu kesalahan yang tidak disengaja, bahkan seandainya kalau kesalahan yang disengaja pun, tidak ada bandingannya dengan kebaikan kedua orang tua kita kepada kita. Pengorbanan mereka berdua untuk kita jauh lebih besar dibandingkan ke khilafan-khilafan mereka kepada kita. Maka, berlatihlah untuk tidak membuat sedih orang tua, apalagi hanya urusan-urusan duniawi, buka urusan akhirat, bukan kaitannya dengan dosa dan maksiat.

Anak itu sebaiknya mengalah kepada orang tuanya, tidak menggurui orang tuanya, tidak suka menyalah-nyalahkan kedua orang tuanya. Kita ini mengaji, belajar agama itu untuk meperbaiki perilaku kita, terutama kepada orang tua kita, terus apa manfaatnya ketika kita sering ngaji akan tetapi perilaku kita kepada orang tua kita tidak berubah, apa manfaatnya kita mengaji?!

Orang yang paling berhak untuk mendapatkan perubahan baik sikap kita setelah kita mengaji adalah orang tua kita. Sebelum teman kita, sebelum rekan kerja kita, mereka yang paling berhak untuk mendapatkan tutur kata kita yang halus, sopan santun kita.

Jangan merasa kita udah mempunyai ilmu ini, ilmu itu, mengetahui hal ini dan mengetahui hal itu kemudian kita rendahkan kedua orang tua kita, karena kita melihat kedua orang tua kita belajarnya ga banyak. Mereka itu tidak sempat belajar karena mereka sibuk ngurusin kita, mereka tidak sempat belajar karena harus banting-tulang untuk menafkahi kita.

Jangan pernah kita merasa lebih tinggi, lebih hebat, lebih pintar dan lebih banyak ilmunya dibandingkan dengan kedua orang tua kita. Ada kesalahan ini ada kesalahan itu, di tolerir, dimaafkan. Kalau kita ingin memberi tahu sesuatu kepada kedua orang tua kita terkait masalah agama, dengan menggunakan bahasa yang baik, jangan seperti seorang anak TK yang menggurui gurunya, jangan.

Bahkan ketika kita meningkatkan bakti kita kepada kedua orang tua kita, itu adalah merupakan salah satu cara terbaik untuk mendakwahi kedua orang tua kita. Ketika orang tua kita melihat. “Maa syaa Allah anak saya setelah mengaji semakin halus tutur katanya, semakin sopan.” Maka orang tua sendiri akan tergerak hatinya, “Nak kamu ini belajar dimana? Bapak-ibu pengen ikut dimana kamu ngaji.”

Tapi ketika kita setalah ngaji justru perilaku kita semakin tidak baik, semakin tidak sopan, menjadi besar kepala, sombong dan angkuh. Bagaimana orang tua akan tertarik dengan ilmu yang kita pelajari dengan dakwah yang kita ikuti. Maka, ingatlah pesan Allah dalam surah Al Isra ayat 23,
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu.”

Untuk yang mendapati keduanya masih hidup bersyukurlah, ini kesempatan emas. Dan untuk yang mendapati salah satu atau keduanya sudah meninggal, masih ada pintu untuk berbakti kepada kedua orang tua, jangan pernah berhenti untuk mendoakan keduanya. Mudah-mudahan Allah merahmati beliau berdua. Wallahu ta’ala wa’alam.”

                                                                                                               . . .

Mungkin hanya itu yang bisa saya tuliskan di kesempatan blog kali ini, terima kasih ustadz Abdullah Zaen atas nasihat yang begitup menancap di dada ini. Semoga bisa bermanfaat, terlebih kepada saya sebagai penulis.


Taufan Maulana Putera
27 April 2019,
di tulis di Yogyakarta tercinta

Komentar

Postingan Populer